Politikus Gerindra ini mengatakan, penutupan tersebut karena kapal dan dermaga di Sebatik dinilai tidak memenuhi standar keselamatan. Selama ini, kata Andi Kasim, kapal yang digunakan masyarakat yang melintasi jalur dari Sebatik ke Tawau umumnya speed boat yang dinilai pemerintah Malaysia tidak layak untuk transportasi penghubung Sebatik-Tawau.
”Sebatik adalah garda terdepan Negara Republik Indonesia. Sudah semestinya hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat untuk mencari solusi mengatasi masalah yang terjadi sejak 2012 ini,” kata Andi Kasim.
Andi Kasim menyebutkan langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah adalah mengatasi persoalan armada dan dermaga yang tidak memenuhi persyaratan.
“Selama ini, kami hanya dengar katanya sudah dianggarkan untuk mengatasi masalah ini. Kenyataannya sampai dengan hari ini belum mendapat solusi apa-apa,” kata Andi Kasim.
Ia menyebut misalnya bisa segera diadakan kapal feri yang memenuhi standar internasional. Jika ini sudah terpenuhi, tinggal menjajaki kerja sama kembali antarkedua negara.
Satu hal yang disesalkan Andi Kasim yaitu tak ditindaklanjutinya hasil pertemuan Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo) pada 2010 di Kota Samarinda.
“Sebab pada pertemuan tersebut ada kesepakatan Indonesia dan Malaysia bahwa jalur masuk dan keluar antarnegara menggunakan penyeberangan resmi. Tapi pemerintah tidak serius menindaklanjuti MoU yang telah ditandatangani kedua negara, sehingga 2012 pintu Tawau akhirnya ditutup,” paparnya.
Akibat penutupan tersebut kini masyarakat Sebatik yang ingin ke Tawau, Malaysia harus lewat Nunukan sehingga membutuhkan jarak tempuh yang lebih panjang, waktu yang lebih lama, dan biaya yang lebih tinggi.
Padahal selama ini warga Sebatik selalu bergantung dengan negara tetangga tersebut untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti gula, minyak goreng, tabung gas, dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.
“Jika melalui jalur Sebatik hanya membutuhkan waktu 15 menit. Sementara jika lewat Nunukan bisa menghabiskan waktu sampai 6 jam. Keterbatasan ini yang menyebabkan semangat nasionalisme warga Sebatik berkurang, karena kini mereka sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” jelas Andi.
Pemerintah daerah yaitu Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur maupun kabupaten/kota terkait juga diharapkan turut mencari solusi mengatasi masalah tersebut. Sebab, Andi mengaku prihatin atas keluhan yang disampaikan warga Sebatik. Banyak keinginan mereka yang tidak diakomodasi oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. (adv/lia/oke/tom/k15)
Sumber : kaltimpost
#Transportasi