Jelajah Perbatasan Sebatik
SEBATIK, - Satu malam bermalam di kota penuh lampu Tarakan, kota yang terletak diatas sebuah pulau kecil di ujung utara Pulau Kalimantan itu cukup mengesankan, suasana wilayah perbatasan sudah terasa, akulturasi Indonesia-Malaysia mulai terlihat dari bentuk kota, maupun dari kuliner, atau toko oleh-oleh terlihat dipenuhi produk Negeri Jiran. Segala bentuk coklat, kopi, terasi sampai ke ikan asin produk negara ‘tetangga’. Kaltaranews tertarik membeli satu pack teh tarik, yang menurut teman di Tarakan, teh tarik Merk Aliti yang diramu dengan Tonkat Ali buatan negeri sebelah itu luar biasa...
Dari Pulau Tarakan yang dalam atlas hanya terlihat sebesar noktah inilah KaltaraNews akan bertolak mengunjungi Pulau Sebatik yang kini terbelah dua, sebelah merupakan bagian dari NKRI dan sebelah lagi milik Negeri Jiran, Negara Malaysia.
Pagi itu Pelabuhan Tengkayu 2 tempat berlabuh dan keluar masuknya speedboat dari dan ke kota Tarakan cukup sibuk, “Sangat ramai memang Pak, dari pagi sampai sore, ya seperti ini,” ujar Ardi yang meng-guide Kaltara mengitari pelabuhan yang sesak oleh pengunjung yang datang maupun pergi. Ratusan speedboat terlihat memenuhi bibir Pelabuhan Tenguyun. Kami tersentak, ketika Ardi memungut puntung rokok yang baru di buang seorang rekan ke lantai dermaga, “Maaf, piala Adipura baru saja kembali ke Tarakan....” ujarnya sambil memasukan puntung rokok itu ke kantongnya...
Dari sisi lain tampak serombongan tentara di timur dermaga terlihat tengah bersiap-siap menyeberang di Pelabuhan Tengkayu 1, tempat kapal fery merapat, ketika Kaltaranews mendekat, seseorang menyambut dengan senyum, “Betul saya Komandan Peleton 1 Kompi Senapan B Batalion 613 Kodam Raja Alam ini,” ujarnya menjawab pertanyaan Kaltaranews.
“Semenjak saya datang ke satuan baru di daerah perbatasan ini, terlihat apakah itu secara kewilayahan, pengelolaan SDA dan keberadaan SDM dan yang lainnya berbeda dengan kondisi kita di Jawa sana. Masih jauh, banyak yang perlu diperhatikan,” ujar Letnan Sudarman ini, yang mengaku sebelumnya bertugas di Kodam III Siliwangi) Brigif XV Kujang 2.
Sudarman tentara yang memiliki bahasa lemah lembut ini kembali menggarisbawahi bahwa mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia di kawasan perbatasan ini sungguh masih sangat butuh perhatian. Sekilas diterangkannya bahwa dia ditempatkan di kompi terpisah dari satuan induknya setingkat kompi di Tarakan, “Disana kami juga ada satuan induk Brigade Infanteri 24 Golongan Sakti sama Kodim 0903 Tanjung Selor yang memiliki program yang berhubungan dengan masyarakat dan kami diperbantukan,” tegasnya. Serentak dengan itu Ardi mengingatkan kalau Speeboat “Sinar Baru Express” yang akan membawa kami ke Pulau Sebatik sudah tiba. Bergegaslah kami menuju Dermaga di sebelah Barat. Astaga, speedboatnya ternyata tidak sebesar yang kami bayangkan, tapi begitu ramping, dari sinilah kami bertolak untuk mengenal apa yang sesungguhnya dirasakan masyarakat perbatasan khususnya di Pulau Sebatik. (jrd/kal1)
Sumber : KaltaraNews.com
Dari Pulau Tarakan yang dalam atlas hanya terlihat sebesar noktah inilah KaltaraNews akan bertolak mengunjungi Pulau Sebatik yang kini terbelah dua, sebelah merupakan bagian dari NKRI dan sebelah lagi milik Negeri Jiran, Negara Malaysia.
Pagi itu Pelabuhan Tengkayu 2 tempat berlabuh dan keluar masuknya speedboat dari dan ke kota Tarakan cukup sibuk, “Sangat ramai memang Pak, dari pagi sampai sore, ya seperti ini,” ujar Ardi yang meng-guide Kaltara mengitari pelabuhan yang sesak oleh pengunjung yang datang maupun pergi. Ratusan speedboat terlihat memenuhi bibir Pelabuhan Tenguyun. Kami tersentak, ketika Ardi memungut puntung rokok yang baru di buang seorang rekan ke lantai dermaga, “Maaf, piala Adipura baru saja kembali ke Tarakan....” ujarnya sambil memasukan puntung rokok itu ke kantongnya...
Dari sisi lain tampak serombongan tentara di timur dermaga terlihat tengah bersiap-siap menyeberang di Pelabuhan Tengkayu 1, tempat kapal fery merapat, ketika Kaltaranews mendekat, seseorang menyambut dengan senyum, “Betul saya Komandan Peleton 1 Kompi Senapan B Batalion 613 Kodam Raja Alam ini,” ujarnya menjawab pertanyaan Kaltaranews.
“Semenjak saya datang ke satuan baru di daerah perbatasan ini, terlihat apakah itu secara kewilayahan, pengelolaan SDA dan keberadaan SDM dan yang lainnya berbeda dengan kondisi kita di Jawa sana. Masih jauh, banyak yang perlu diperhatikan,” ujar Letnan Sudarman ini, yang mengaku sebelumnya bertugas di Kodam III Siliwangi) Brigif XV Kujang 2.
Sudarman tentara yang memiliki bahasa lemah lembut ini kembali menggarisbawahi bahwa mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia di kawasan perbatasan ini sungguh masih sangat butuh perhatian. Sekilas diterangkannya bahwa dia ditempatkan di kompi terpisah dari satuan induknya setingkat kompi di Tarakan, “Disana kami juga ada satuan induk Brigade Infanteri 24 Golongan Sakti sama Kodim 0903 Tanjung Selor yang memiliki program yang berhubungan dengan masyarakat dan kami diperbantukan,” tegasnya. Serentak dengan itu Ardi mengingatkan kalau Speeboat “Sinar Baru Express” yang akan membawa kami ke Pulau Sebatik sudah tiba. Bergegaslah kami menuju Dermaga di sebelah Barat. Astaga, speedboatnya ternyata tidak sebesar yang kami bayangkan, tapi begitu ramping, dari sinilah kami bertolak untuk mengenal apa yang sesungguhnya dirasakan masyarakat perbatasan khususnya di Pulau Sebatik. (jrd/kal1)
Sumber : KaltaraNews.com