Pulau Sebatik , The Next Little Tawau

Pulau Sebatik , The Next Little Tawau

Pulau Sebatik , The Next Little Tawau

Warta Humas - Apa  yang terbayang di benak kita jika disebut kata Sebatik ? Buah durian, Patok Tiga, Tugu Garuda Perkasa, Ambalat, Jembatan Panjang, wilayah perbatasan, atau apalagi ? Pulau Sebatik memang memiliki ikon – ikon yang sangat melekat di benak masyarakat, tidak hanya masyarakat yang berada di wilayah Kabupaten Nunukan saja, namun hingga masyarakat sebangsa dan setanah air.

Secara geografis, Sebatik yang saat ini terbagi menjadi 5 Kecamatan memang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, baik berbatasan darat maupun laut. Dari Sebatik, kita hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk bisa sampai di Tawau, dengan mempergunakan speed boat. 

Tidak heran makannya, antara Sebatik dan Tawau memiliki kesamaan dalam banyak hal.  Dari sisi demografi, penduduk keduanya sebagian besar berasal dari rumpun yang sama, yaitu Suku Bugis, suku asli Provinsi Sulawesi Selatan, yang terkenal memiliki semangat dan keuletan dalam bekerja.

Design arsitektur rumah dan bangunan – bangunan lainnya, terutama bangunan pertokoan, jika diperhatikan secara seksama juga banyak sekali kemiripannya. Rumah panggung dengan halaman yang luas, dan deretan rumah toko (ruko) dengan letak tangga berada di tengah – tengah yang biasanya kita jumpai dengan mudah di Tawau, saat ini mulai bermunculan di pinggir – pinggir jalan di Sebatik, terutama di wilayah Sei Nyamuk, seiring dengan semakin meningkatnya taraf ekonomi masyarakat.

Menu makanan di warung makan dan restaurant pun banyak sekali kemiripannya, seperti menu ala India roti canai, berbagai jenis nasi goreng, tom yam, dan lain sebagainya. Masyarakat Sebatik yang dahulu lebih banyak menanam kakao, padi, dan buah – buahan, sekarang tidak sedikit yang mulai beralih menanam kelapa sawit. Kesuksesan kelapa sawit mengangkat ekonomi masyarakat di Tawau rupanya ingin ditiru. Alhasil, luas areal perkebunan kebun kelapa sawit saat ini terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Kesimpulanya, Tawau seolah – olah menjadi ‘kiblat’ dalam banyak hal bagi masyarakat di Sebatik.

Selain hanya karena beda status warga negara dengan berbagai konsekuensinya, antara Sebatik dan Tawau memang sebetulnya tidak terlalu jauh perbedaanya. Hal itu pun sangat disadari oleh masyarakat Sebatik. Masyarakat juga sadar, bahwa ada peluang dan potensi untuk mencapai ‘kemapanan’ yang sudah diraih masyarakat di Tawau, meskipun dalam ukuran dan standar yang tentu lebih kecil. 

Disamping berbagai kesamaan yang telah disebutkan di atas, Sebatik juga punya potensi – potensi lain yang bisa jadi pengungkit bagi tercapainya ambisi tadi, sebut saja posisi strategis yang memungkinkan Sebatik menjadi entry point bagi perdagangan lintas batas, luas wilayah yang masih cukup luas, dan penduduk yang belum terlalu padat sangat memungkinkan untuk ditata sedemikian rupa menjadi sebuah ‘bandar’ yang maju. 

Ambisi memang seharusnya dimiliki, bahkan malah harus mengakar kuat di dalam hati masyarakat,  karena jika tidak  maka Sebatik akan semakin jauh tertinggal. Pemerintah Malaysia saat ini semakin gencar membangun wilayah perbatasannya, pembangunan bandar udara dan jembatan yang menghubungkan Sebatik (Malaysia) – Tawau, sudah mulai diwacanakan oleh para pejabat di Negara Bagian Sabah, bahkan design awal sudah dibuat, dan peninjauan lapangan sudah dilakukan beberapa pekan lalu.

Tentu tidak perlu emosional menanggapi wacana itu, sellow saja bilang Via Vallen dalam lagunya, sudah saatnya paradigma yang melihat Negara Malaysia sebagai lawan harus mulai dihilangkan. Pendekatan persahabatan, bahkan kalau bisa bekerjasama saling menguntungkan harus mulai dipikirkan.  Sebatik tidak harus menjadi saingan Tawau, tetapi bisa tumbuh menjadi kota kecil yang serupa dengan Tawau, yang saling mensuport diantara keduanya, itu sudah menjadi pencapaian yang luar biasa.

Semakin baiknya kondisi infrastruktur, akses ekonomi yang semakin terbuka, dan dukungan pemerintah, baik pemerintah daerah dan pusat,  dan semangat juang masyarakat yang begitu besar harus menjadi momentum mewujudkannya. Kalau Walikota Tarakan dr. Jusuf SK sekitar 17 tahun lalu punya mimpi menjadikan Kota Tarakan sebagai Little Singapura atau Singapura kecil, maka tidak salah kiranya jika masyarakat Sebatik harus mulai punya mimpi serupa, menjadikan Sebatik sebagai Tawau kecil di masa mendatang, atau The Next Little Tawau. (Humas)

Sumber : facebook.com/pemkabnunukan (5 Agustus 2019)

Sebatik Terkait

DOB Kota Sebatik