Buah Simalakama Tumbuh Subur di Sebatik

Buah Simalakama Tumbuh Subur di Sebatik
Sebatik, - Menghuni wilayah perbatasan antar negara memang menjadi ujian tersendiri bagi warga masyarakat seperti Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur, dimana budaya dari kedua negara Indonesia – Malaysia berbaur dan secara tidak langsung turut mempengaruhi pola hidup dan berkehidupan warganya.

“Disini kawasan perbatasan dikenal saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, namun siapa yang terpengaruh dan siapa yang mempengaruhi tergantung siapa yang maju berkembang.” ujar salah satu warga kepada Kaltaranews.com.

Pengakuan itu merujuk pada kenyataan bahwa Sebatik Indonesia lebih terpengaruh oleh Tawau Malaysia, kondisi ini bisa dilihat dari hasil bumi Sebatik ternyata lebih banyak diperjual belikan di Tawau, kemudian di Tawau diolah menjadi bahan jadi yang kemudian dijualbelikan sebagai oleh-oleh dari Tawau Malaysia untuk Sebatik.

Begitu juga dengan pasokan kebutuhan bahan pokok, dimana masyarakat Sebatik sangat tergantung dengan pasokan dari Tawau. “Fenomena ini sudah berlangsung puluhan tahun silam, sehingga sudah mentradisi di kawasan perbatasan Sebatik-Tawau. Maka tidak heranlah ketika semua kebutuhan pokok warga Sebatik 99% dari negeri jiran Malaysia.” lanjutnya.

Tak hanya barang kebutuhan pokok, disana alata tukarpun menggunakan dua mata uang yaitu rupiah dan ringgit Malaysia.

Senada dengan hal itu Suardi seorang pedagang asal Sebatik juga mengungkapkan hal yang sama, kondisi tersebut memang sedikit banyak kurang mengenakkan, “Tapi mau tidak mau kita tetap berbelanja di Tawau, bukannya kita tidak cinta produk Indonesia tapi hanya berbelanja di Tawau yang dekat dan relatif murah," ucap Suardi,

Berdasarkan pengamatan Kaltaranews sehari-hari beberapa barang sembako dari Malaysia bebas masuk ke Sebatik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sebatik, seperti  gula, minyak makan, tabung gas, beras dan juga beberapa bahan bangunan seperti semen, seng, dan triplex (papan lapis).

"Mungkin menurut kita pemerintah ini ilegal tapi ini menjadi kebutuhan pokok. Mau dilarang masuk tapi bagaimana lagi kita akan kesulitan, dibiarkan masuk berarti melanggar aturan. Jadi seperti buah Simalakama," lanjut Sukardi.  (kam/kal1)

Sumber : KaltaraNews
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url