Politik Perbatasan di Pulau Sebatik Kalimantan Timur
Indonesia terasa jauh di desa-desa Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. Warga di sana hidup dalam tatanan sendiri yang terpisah dari hiruk-pikuk perpolitikan Indonesia yang jauh. Dalam beberapa aspek, mereka justru lebih dekat dengan negara tetangga, Malaysia, dibandingkan Indonesia. Ketergantungan ekonomi terhadap negara tetangga itulah yang menjadikan Indonesia semakin jauh dan asing di mata warga.
Ketika Indonesia menjadi jauh dan asing di mata warga, sebaliknya di mata pemerintah pusat dan daerah: wilayah perbatasan adalah kantong penyelundupan, gerbang perdagangan manusia dan masuknya tenaga kerja Indonesia tak berdokumen, penyelundupan barang, kayu, dan obat- obat terlarang, hingga daerah rawan penyerobotan wilayah.
Tawau, kota kecil yang terletak di sebelah timur Sabah-Malaysia merupakan sebuah kota dagang yang berbatasan langsung dengan Pulau Sebatik pulau terluar milik Indonesia di bagian utara pulau Borneo. Sejak dulu, Bandar Tawau telah dikenal sebagai salah satu kota tujuan para pencari kerja asal Indonesia yang ingin mencari nafkah di negeri Jiran Malaysia.
Para tenaga kerja asal Indonesia, sebelum masuk ke kota Tawau, terlebih dulu transit di Pulau Sebatik. Di pulau Sebatik ini, yang merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Nunukan. Para TKI, dengan memanfaatkan jasa para calo penyalur tenaga kerja, menyeberang ke Tawau.
Secara geografis wilayah, Bandar Tawau dan Pulau Sebatik memang saling berhadapan. Jarak antar kedua kota yang saling berbatasan ini. Di ibaratkan hanya sepelemparan batu. Hanya di pisahkan oleh batas wilayah perairan laut milik masing-masing. Bila malam hari. Warga penduduk pulau Sebatik yang bermukim di sepanjang garis pantai. Bisa dengan leluasa menyaksikan kemilau gemerlap lampu kehidupan malam kota Tawau. Sebaliknya, warga penduduk Tawau, samar-samar dapat menyaksikan temaram cahaya lampu satu-satu rumah penduduk Pulau Sebatik. Harus diakui, bahwa Bandar Tawau perkembangan pembangunan kotanya jauh lebih pesat. Jika disandingkan dengan Pulau Sebatik yang jauh tertinggal. Perbandingan pembangunan kedua wilayah perbatasan ini. Bak langit dan bumi. Tak perlu heran. Walau kedua daerah yang berlainan nasionalisme ini.
Sama-sama terletak di perbatasan. Namun Bandar Tawau lebih diperhatikan pembangunan wilayahnya dari pemerintah Malaysia. Berbeda dengan Pulau Sebatik, yang pembangunan wilayahnya yang kurang mendapat porsi perhatian pemerintah Indonesia.
Sejatinya baik Pulau Sebatik maupun Bandar Tawau, sama-sama memiliki arti penting dan strategis bagi dua negara Indonesia-Malaysia, sebagai daerah yang terletak di perbatasan. Bukan saja kepentingan ekonomi, akan tetapi termasuk pertahanan kedua negara. Bercermin kenyataan sejarah. Selama puluhan tahun hubungan antar warga penduduk kedua kota yang terletak diperbatasan ini. Telah terjalin dengan baik. Hubungan baik itu, terbina melalui hubungan dagang yang dilakukan langsung antar masing-masing warga penduduk kedua kota perbatasan.
Walaupun hubungan timbal balik perdagangan itu sifatnya tidak resmi, karena tidak di fasilitasi dokumen resmi kedua negara masing-masing. Namun hubungan dagang itu, telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kehidupan warga penduduk di kedua wilayah saling berbatasan ini. Khususnya hubungan dagang itu, sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik.
Contoh hubungan dagang timbal balik, dapat dilihat kebiasaan warga penduduk Pulau Sebatik, yang telah terbiasa memasarkan langsung hasil tanaman perkebunan berupa buah kakao, kelapa sawit, buah cengkeh dan hasil-hasil pertanian lainnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Semua di lego di pasar Bandar Tawau. Tak terkecuali para nelayan asal Sebatik. Seluruh hasil tangkapan ikan di laut di pasarkan di pelelangan ikan Bandar Tawau. Selain itu, dapat dikatakan nyaris seluruh kebutuhan hidup sehari-hari warga penduduk Sebatik sangat bergantung pada pasar Bandar Tawau. Mulai dari kebutuhan bahan makanan minuman sampai aneka keperluan perabot rumah tangga semua di beli langsung di pasar Tawau.
Jadi tak mengherankan kalau merk jenis makanan minuman serta aneka barang keperluan rumah tangga milik warga penduduk Sebatik, trade mark semua made in Malaysia. Begitu pun mata uang yang dipergunakan warga penduduk Pulau Sebatik dalam transaksi jual beli sehari hari, lebih menyenangi menggunakan mata uang ringgit Malaysia ketimbang mata uang rupiah.
Sukar dipungkiri pengaruh negeri jiran, Tawau terhadap kehidupan warga penduduk Pulau Sebatik, sedemikian kuat. Itu baru sisi kehidupan ekonomi. Belum menyangkut pengaruh sisi kehidupan sosial budaya.Patut diacungkan jempol, kepada pemerintah negeri jiran, Sabah-Malaysia Timur, yang memperlakukan begitu istimewa wilayah perbatasannya. Sehingga pembangunan wilayah perbatasan tidak terbelakang. Bisa maju dan berkembang sama seperti wilayah atau daerah yang dekat pusat pemerintahan. Bandar Tawau contohnya, sejak awal pembangunan kotanya telah direncanakan untuk dipersiapkan pemerintah kerajaan Malaysia sebagai kota perdagangan yang nantinya berfungsi sebagai kota setelit menopang kota Sabah.
Dan hasil sebuah perencanaan pembangunan panjang yang telah dilakukan pemerintah Malaysia, telah membuahkan sebuah capaian, dengan semakin pesatnya perkembangan Bandar Tawau sebagai sebuah kota bisnis utama di wilayah utara pulau Borneo, dengan konsep pengembangan kota water front city. Komparasikan dengan kota diseberangnya. Kota Pulau Sebatik. Pembangunan jauh tertinggal. Tak ada hasil-hasil pembangunan yang dapat diandalkan. Pendek kata perbandingan kedua kota yang saling bertetangga ini. Bak langit dan bumi.
Hati anak bangsa menjadi muram. Manakala melihat pembangunan infstruktur kota Sebatik. Sangat terbelakang. Serba terbatas. Masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik dimiskinkan sekian tahun. Lantas Dimana tanggung jawab pemerintah pusat, terhadap pembangunan daerah perbatasan? Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten yang terletak di wilayah utara provinsi Kalimantan Timur, dan berbatasan langsung dengan negara malaysia timur (sabah utara), dan dibagi menjadi 7 kecamatan dan 218 kelurahan. Potensi yang dikembangkan antara lain sektor pertambangan berupa minyak bumi dan batu baru.
Sayangnya potensi yang di miliki kabupaten ini ternyata belum bisa membiayai dan mencukupi kebutuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sehingga banyaknya penyeludupan buruh tak berdokumen di kecamatan sebatik. Di mana kecematan sebatik ini sebagaian besar penduduk berpenghasilan dari perkebunan seperti padi, dan kebanyakan mengandalkan hutan atau perekonomian keluarga. Produk perkebunan yang utama yaitu seperti kayu bulat. Komoditi utama di sektor perkebunan seperti kelapa sawit, coklat dan kopi.
Kekayaan alam yang melimpah ternyata masih juga tidak mampu memenuhi kehidupan ekonomi masyarakat yang berada di kecamatan sebatik, malah kemiskinanlah yang mereka peroleh.
Batas wilayah pun kini menjadi penting sebab Negara Tetangga lebih banyak menampung dan menjamin kehidupan Kecamatan sebatik, sehingga kebanyakan masyarakat setempatpun rela menjadi Buruh di negara tersebut. Buruh tak berdokumen pun merupakan potret dari ketidakadilan politik, ketimpangan sosial – ekonomi yang ada.
Masih maraknya Buruh Tak berdokumen ini walaupun penjagaan yang diberikan oleh pemerintah yaitu 1 X 24 jam, yang mana bentuk penjaagaannya dibagi dalam satu regu yang mana regunini terdiri dari TNI, POLISI (brimob). Bentuk penjagaannya dengan mengadakan patroli – patroli tapi masih saja belum cukup untuk menanggulangi penyeludupan buruh tak berdokumen ke malaysia.
oleh : Hikmawan Syahputra, Uswanti Alkatiri, Nur Rosalia Tahwali, Reza Febriana Dewi, Lady Silalahi
Sumber : hikmawansp.wordpress.com
Ketika Indonesia menjadi jauh dan asing di mata warga, sebaliknya di mata pemerintah pusat dan daerah: wilayah perbatasan adalah kantong penyelundupan, gerbang perdagangan manusia dan masuknya tenaga kerja Indonesia tak berdokumen, penyelundupan barang, kayu, dan obat- obat terlarang, hingga daerah rawan penyerobotan wilayah.
Tawau, kota kecil yang terletak di sebelah timur Sabah-Malaysia merupakan sebuah kota dagang yang berbatasan langsung dengan Pulau Sebatik pulau terluar milik Indonesia di bagian utara pulau Borneo. Sejak dulu, Bandar Tawau telah dikenal sebagai salah satu kota tujuan para pencari kerja asal Indonesia yang ingin mencari nafkah di negeri Jiran Malaysia.
Para tenaga kerja asal Indonesia, sebelum masuk ke kota Tawau, terlebih dulu transit di Pulau Sebatik. Di pulau Sebatik ini, yang merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Nunukan. Para TKI, dengan memanfaatkan jasa para calo penyalur tenaga kerja, menyeberang ke Tawau.
Secara geografis wilayah, Bandar Tawau dan Pulau Sebatik memang saling berhadapan. Jarak antar kedua kota yang saling berbatasan ini. Di ibaratkan hanya sepelemparan batu. Hanya di pisahkan oleh batas wilayah perairan laut milik masing-masing. Bila malam hari. Warga penduduk pulau Sebatik yang bermukim di sepanjang garis pantai. Bisa dengan leluasa menyaksikan kemilau gemerlap lampu kehidupan malam kota Tawau. Sebaliknya, warga penduduk Tawau, samar-samar dapat menyaksikan temaram cahaya lampu satu-satu rumah penduduk Pulau Sebatik. Harus diakui, bahwa Bandar Tawau perkembangan pembangunan kotanya jauh lebih pesat. Jika disandingkan dengan Pulau Sebatik yang jauh tertinggal. Perbandingan pembangunan kedua wilayah perbatasan ini. Bak langit dan bumi. Tak perlu heran. Walau kedua daerah yang berlainan nasionalisme ini.
Sama-sama terletak di perbatasan. Namun Bandar Tawau lebih diperhatikan pembangunan wilayahnya dari pemerintah Malaysia. Berbeda dengan Pulau Sebatik, yang pembangunan wilayahnya yang kurang mendapat porsi perhatian pemerintah Indonesia.
Sejatinya baik Pulau Sebatik maupun Bandar Tawau, sama-sama memiliki arti penting dan strategis bagi dua negara Indonesia-Malaysia, sebagai daerah yang terletak di perbatasan. Bukan saja kepentingan ekonomi, akan tetapi termasuk pertahanan kedua negara. Bercermin kenyataan sejarah. Selama puluhan tahun hubungan antar warga penduduk kedua kota yang terletak diperbatasan ini. Telah terjalin dengan baik. Hubungan baik itu, terbina melalui hubungan dagang yang dilakukan langsung antar masing-masing warga penduduk kedua kota perbatasan.
Walaupun hubungan timbal balik perdagangan itu sifatnya tidak resmi, karena tidak di fasilitasi dokumen resmi kedua negara masing-masing. Namun hubungan dagang itu, telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kehidupan warga penduduk di kedua wilayah saling berbatasan ini. Khususnya hubungan dagang itu, sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik.
Contoh hubungan dagang timbal balik, dapat dilihat kebiasaan warga penduduk Pulau Sebatik, yang telah terbiasa memasarkan langsung hasil tanaman perkebunan berupa buah kakao, kelapa sawit, buah cengkeh dan hasil-hasil pertanian lainnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Semua di lego di pasar Bandar Tawau. Tak terkecuali para nelayan asal Sebatik. Seluruh hasil tangkapan ikan di laut di pasarkan di pelelangan ikan Bandar Tawau. Selain itu, dapat dikatakan nyaris seluruh kebutuhan hidup sehari-hari warga penduduk Sebatik sangat bergantung pada pasar Bandar Tawau. Mulai dari kebutuhan bahan makanan minuman sampai aneka keperluan perabot rumah tangga semua di beli langsung di pasar Tawau.
Jadi tak mengherankan kalau merk jenis makanan minuman serta aneka barang keperluan rumah tangga milik warga penduduk Sebatik, trade mark semua made in Malaysia. Begitu pun mata uang yang dipergunakan warga penduduk Pulau Sebatik dalam transaksi jual beli sehari hari, lebih menyenangi menggunakan mata uang ringgit Malaysia ketimbang mata uang rupiah.
Sukar dipungkiri pengaruh negeri jiran, Tawau terhadap kehidupan warga penduduk Pulau Sebatik, sedemikian kuat. Itu baru sisi kehidupan ekonomi. Belum menyangkut pengaruh sisi kehidupan sosial budaya.Patut diacungkan jempol, kepada pemerintah negeri jiran, Sabah-Malaysia Timur, yang memperlakukan begitu istimewa wilayah perbatasannya. Sehingga pembangunan wilayah perbatasan tidak terbelakang. Bisa maju dan berkembang sama seperti wilayah atau daerah yang dekat pusat pemerintahan. Bandar Tawau contohnya, sejak awal pembangunan kotanya telah direncanakan untuk dipersiapkan pemerintah kerajaan Malaysia sebagai kota perdagangan yang nantinya berfungsi sebagai kota setelit menopang kota Sabah.
Dan hasil sebuah perencanaan pembangunan panjang yang telah dilakukan pemerintah Malaysia, telah membuahkan sebuah capaian, dengan semakin pesatnya perkembangan Bandar Tawau sebagai sebuah kota bisnis utama di wilayah utara pulau Borneo, dengan konsep pengembangan kota water front city. Komparasikan dengan kota diseberangnya. Kota Pulau Sebatik. Pembangunan jauh tertinggal. Tak ada hasil-hasil pembangunan yang dapat diandalkan. Pendek kata perbandingan kedua kota yang saling bertetangga ini. Bak langit dan bumi.
Hati anak bangsa menjadi muram. Manakala melihat pembangunan infstruktur kota Sebatik. Sangat terbelakang. Serba terbatas. Masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik dimiskinkan sekian tahun. Lantas Dimana tanggung jawab pemerintah pusat, terhadap pembangunan daerah perbatasan? Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten yang terletak di wilayah utara provinsi Kalimantan Timur, dan berbatasan langsung dengan negara malaysia timur (sabah utara), dan dibagi menjadi 7 kecamatan dan 218 kelurahan. Potensi yang dikembangkan antara lain sektor pertambangan berupa minyak bumi dan batu baru.
Sayangnya potensi yang di miliki kabupaten ini ternyata belum bisa membiayai dan mencukupi kebutuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sehingga banyaknya penyeludupan buruh tak berdokumen di kecamatan sebatik. Di mana kecematan sebatik ini sebagaian besar penduduk berpenghasilan dari perkebunan seperti padi, dan kebanyakan mengandalkan hutan atau perekonomian keluarga. Produk perkebunan yang utama yaitu seperti kayu bulat. Komoditi utama di sektor perkebunan seperti kelapa sawit, coklat dan kopi.
Kekayaan alam yang melimpah ternyata masih juga tidak mampu memenuhi kehidupan ekonomi masyarakat yang berada di kecamatan sebatik, malah kemiskinanlah yang mereka peroleh.
Batas wilayah pun kini menjadi penting sebab Negara Tetangga lebih banyak menampung dan menjamin kehidupan Kecamatan sebatik, sehingga kebanyakan masyarakat setempatpun rela menjadi Buruh di negara tersebut. Buruh tak berdokumen pun merupakan potret dari ketidakadilan politik, ketimpangan sosial – ekonomi yang ada.
Masih maraknya Buruh Tak berdokumen ini walaupun penjagaan yang diberikan oleh pemerintah yaitu 1 X 24 jam, yang mana bentuk penjaagaannya dibagi dalam satu regu yang mana regunini terdiri dari TNI, POLISI (brimob). Bentuk penjagaannya dengan mengadakan patroli – patroli tapi masih saja belum cukup untuk menanggulangi penyeludupan buruh tak berdokumen ke malaysia.
oleh : Hikmawan Syahputra, Uswanti Alkatiri, Nur Rosalia Tahwali, Reza Febriana Dewi, Lady Silalahi
Sumber : hikmawansp.wordpress.com