Meskipun ia lahir di Sulawesi Selatan, namun kecintaannya terhadap Sebatik tidak terbantahkan, pria kelahiran 8 Agustus 1962 itu bahkan mendapat gelar sebagai Tokoh Pembangunan di Sebatik, karena memang komitmennya dalam membangun Sebatik tidak diragukan lagi, ia pernah membangun kawasan rawa yang disulap menjadi kawasan pertokoan dan hotel. Ayah dari tiga orang putra putri yang berdarah Bugis ini memang sosok pekerja keras, sebelum sukses seperti saat ini ia pernah menjadi TKI dan nelayan yang telah menempa hidup dan pengalamannya.
Berbekal pengalaman dan kegigihannya itulah, ia kemudian mampu merubah taraf hidupnya lewat jalur dagang yang semakin lama makin melonjak, dan kini asetnya sudah mencapai miliaran rupiah. Namun kesuksesan dan kekayaan tak membuatnya lupa diri dan sombong, ia justru sangat dekat dengan masyarakat kecil, di sisi lain ia adalah sosok yang dikenal tegas dalam memimpin perusahaan tapi sangat akrab dengan bawahan. Sebagai rasa terimakasih kepada para pekerjanya pada tiap musim haji, ia tak segan memberangkatkan salah satu karyawan atau masyarakat yang kurang mampu untuk menunaikan Ibadah Haji.
Pria yang memiliki motto ‘Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang dilangit dan rendahkanlah hatimu seperti mutiara didasar laut’. Motto itulah yang menjadikannya sangat antusias pula ketika Sebatik ingin menjadi kota. “Saya sungguh memiliki keinginan yang sangat besar ingin melihat Sebatik menjadi Kota sehingga seluruh masyarakat Sebatik bisa sejahtera dan mendapatkan pelayanan prima dari pemerintah,” tutur suami dari Hj. Lilik Elfianti itu kepada Kaltaranews.com (kam/kal1)
Sumber : KaltaraNews
#Politik
#Tokoh